Selasa, 27 November 2007

ANTHURIUM : Yang Untung dan yang Buntung

Seseorang cerita via email di sebuah milis, bahwa ada seorang ibu yang memajang sebatang pohon anthurium (nggak tahu nama/jenis persisnya apa) dengan daun yang panjang-panjang lebih dari 1 meter, meminta tanamannya ditukar dengan sebuah mobil Avanza baru plus uang Rp 250.000.

Cerita via email itu adalah kelanjutan dari cerita-cerita seru mengenai hubungan antara manusia yang sedang kedanan kembang. Ada cerita seseorang petani yang menjual beberapa ekor sapinya, karena tergiur pada bisnis tanaman, seharga 32 juta rupiah, dibelikan dua batang pohon jenmanii, e … Besoknya tanaman kesayangannya itu dimakan kambing. Si petani jadi stres, masuk rumah sakit dan menghabiskan banyak uang lagi.

Oh ya … Seseorang di kota saya tinggal, mati gara-gara bisnis bunga ini lho … Seorang teman kantor cerita, bahwa sekarang pencurian bunga marak terjadi, dia cerita kalau di jalan XXX, ada seorang pebisnis bunga, yang ketika meninggal dunia, beberapa pot bunganya dicuri orang. Saya komentar, “Jangan-jangan meninggalnya karena bisnis bunganya itu …” Teman saya menjawab, “Ya, memang … Lha wong meninggalnya karena kecelakaan sewaktu pergi menengok bunga yang akan dibelinya.”

Ya, kembang menjadi komoditas yang sangat berharga, dan karena begitu berharganya, menjadi sangat merepotkan. Perlu dibelai-belai, dibersihkan, diamankan, bahkan disembunyikan dari pandangan orang yang lewat di dekat rumah, takut dicuri. Istri/suami dan anak pun kadang diabaikan karena sibuk bercengkerama dengan kembang. Ya kembang telah menjadi “selingkuhan” yang memberi kenikmatan tersendiri. Ini yang saya sebut “edan kembang” (bahkan teman saya ada yang bilang, “Kembange wong edan.”)

Saya jadi teringat kata-kata Ronggowarsito “… jamane jaman edan, yen ora edan ora keduman (jamannya jaman gila, kalau tidak ikut gila, tidak mendapat bagian).”

Atau … Saya juga merenung, apa ini yang disebut oleh orang Jawa sebagai “sugih tanpa bandha” (kaya tanpa harta) ya …? Punya kekayaan uang jutaan rupiah tetapi hanya berwujud daun.

Jadi ingat waktu kanak-kanak main “pasaran” dengan teman-teman, pura-pura jual-beli dengan uang-uangan dari daun-daun yang berbeda-beda warna dan ukurannya.

Minggu, 25 November 2007

SENTHERIUM : Mengenal Tanaman Senthe

Tanaman juga merupakan salah satu keluarga dari Keladi...berbeda dengan Senthe Wulung dan Senthe biasa. Senthe varigata ini memiliki Daun Yang kekar dan gigas. Keunikannya terletak pada batang dan daun yang memiliki corak putih dan hijau semakin menambah eksotis senthe ini.
Senthe memang cukup memiliki nilai estetika cukup bagus untuk dikembangkan sebagai tanaman hias. Sente cukup gampang perawatannya. Tangkai dan daun kokoh dan tahan lama untuk dapat dinikmati keindahannya. Mari kita kembangkan tanaman ini, syukur-syukur ada yang bisa mengawinsilangkan jenis-jenis yang ada, sehingga bisa diperoleh varian baru yang mempunyai daya tarik lebih sehingga menambah khasanah tanaman hias asli Indonesia. Salam Senthe.

SENTHERIUM : Senthe Mulai Naik Daun

Tren anthurium membawa berkah bagi jenis tanaman hias lain. Satu di antaranya adalah senthe atau lompong. Penjualan tanaman ini relatif bagus pada ajang pameran Semarak Ramadhan Tanaman Hias Fiesta 2007 di Goro Assalaam, Pabelan, Kartasura.
Menurut Jarot dari Assalaam Sariasri Nursery, senthe atau lompong yang termasuk dalam keluarga alokasia dan colocasia ini dijual dengan harga rata-rata Rp 75.000 sampai Rp 100.000 per tanaman. "Senthe atau lompong ini memang cukup laku. Senthe yang dijual berbeda dengan senthe yang banyak ditemui di pinggir-pinggir sungai. Senthe ini memiliki daun yang lebih tebal," ujar Jarot.
Namun untuk penjualan secara umum, Jarot mengatakan jenis anthurium masih mendominasi. Berdasar pantauan Espos setidaknya hal itu ditunjukkan dari banyaknya stan yang menjual anthurium. Kendati demikian dua tanaman yang pernah ngetren adenium dan aglaonema juga masih banyak dijual pada ajang kegiatan itu.

SENTHERIUM : "Senthe", Alokasia yang Mulai Naik Pamor

Dulu tanaman ini hanya merupakan tumbuhan liar yang hidup dipinggiran sungai, persawahan ataupun tegalan yang lembab. Keberadaannya tak terlalu mencuri perhatian. Hanya kadang di musim hujan daunnya yang lebar sering difungsikan sebagai payung darurat agar badan tak basah. Itulah talas hutan atau dalam lingkungan masyarakat Jawa lebih populer dengan nama Senthe. Padahal nama aslinya cukup beken, yakni Alocasia macrorhiza. Kini, meskipun di habitat aslinya masih banyak ditemukan, seiring dengan makin tumbuhnya apresiasi masyarakat Senthe mulai ‘naik derajat’. Tanaman ini telah menjadi bagian keindahan taman-taman di perkotaan, hotel maupun rumah-rumah mewah. Tak heran, dalam beberapa waktu terakhir Senthe menjadi perbincangan hangat di masyarakat. Banyak yang meyakini Senthe punya prospek bagus dari sisi komersial. Namun tak sedikit pula para ‘pemain’ atau pelaku bisnis tanaman hias yang meragukannya.
Lepas dari itu semua, secara kasat mata tanaman Senthe memang mempunyai daya tarik cukup kuat. Apalagi sekarang mulai bermunculan varian-varian yang menambah khasanah dan alternasi tanaman Senthe. Tak hanya Senthe hijau saja, namun ada pula Senthe hitam atau wulung. Senthe wulung mempunyai nama umum Alocasia plumbea namun ada juga yang menyebutnya Java black alocasiase. Bahkan seolah tak mau kalah dengan tanaman jenis Anthurium dan lainnya, tanaman Senthe juga ada yang variegata. Tak heran, tanaman Senthe terutama yang hitam dan variegate kini mulai diburu para hobiis.
Bila dicermati Senthe memang cukup menarik. Batangnya kokoh sementara daunnya melebar. Tak seperti tanaman keladi yang daunnya tengadah (horizontal), daun Senthe tumbuh tegak (vertikal) sehingga terkesan lebih gagah. Tepi daunnya bergelombang dan di seluruh permukaannya terdapat tekstur yang indah, ditopang urat daun yang menonjol kokoh. Bila terawat dengan baik Senthe bisa mencapai tinggi lebih dari 2 meter. Sebagaimana sifat tanaman jenis Alokasia pada umumnya, Senthe juga bandel. Selain tahan panas juga tidak rewel dalam hal perawatan karena pada dasarnya merupakan tumbuhan liar. Tak berlebihan rasanya bila banyak pihak yang optimis tanaman ini mempunyai prospek yang cerah.

Rabu, 21 November 2007

ANTHURIUM : Rahasia Membesarkan Anthurium

Untuk pertumbuhan cepat anthurium, dibutuhkan media tanaman dengan menggunakan oplosan pakis dan pupuk kandang dengan perbandingan 4 : 1. 4 untuk pakis dan 1 untuk pupuk kandang. Pemupukan juga dilakukan secara rutin, dengan tenggang waktu yang lama yakni setiap 3 bulan. Tujuannya agar tanaman tidak cepat tinggi, tapi daun-daunnya yang semakin melebar, besar dan kuat. Pupuk yang digunakan adalah dekastar dengan dosis 10 gram per pot. Pupuk organic juga perlu diberikan misalnya : Super ACL dengan dosis 2 cc per litter air dalam kurun waktu seminggu sekali. Untuk menyiram anthurium cukup 2 - 3 hari sekali.
Dengan demikian keindahan daun anthurium bisa dinikmati, oleh pencintanya.

ANTHURIUM : Pengantar

Anthurium termasuk tanaman dari keluarga Araceae. Tanaman berdaun indah ini masih berkerabat dengan sejumlah tanaman hias populer semacam aglaonema, philodendron,keladi hias, dan alokasia. Dalam keluarga araceae,anthurium adalah genus dengan jumlah jenis terbanyak. Diperkirakan ada sekitar 1000 jenis anggota marga anthurium.

Tanaman ini termasuk jenis tanaman evergreen atau tidak mengenal masa dormansi. Dialam, biasanya tanaman ini hidup secara epifit dengan menempel di batang pohon. Dapat juga hidup secara terestrial di dasar hutan.

Daya tarik utama dari anthurium adalah bentuk daunnya yang indah, unik, dan bervariasi. Daun umumnya berwarna hijau tua dengan urat dan tulang daun besar dan menonjol. Sehingga membuat sosok tanaman ini tampak kekar namun tetap memancarkan keanggunan tatkala dewasa. Tidak heran bila tanaman ini memiliki kesan mewah dan eksklusif. Dimasa lalu, anthurium banyak menjadi hiasan taman dan istana kerajaan-kerajaan di Jawa. Konon, dipuja sebagai tanaman para raja.

Secara umum anthurium dibedakan menjadi dua yaitu jenis anthurium daun dan jenis anthurium bunga. Anthurium daun memiliki daya pikat terutama dari bentuk-bentuk daunya yang istimewa. Sedangkan anthurium bunga lebih menonjolkan keragaman bunga baik hasil hibrid maupun spesies. Biasanya jenis anthurium bunga dijadikan untuk bunga potong (Wkipedia).

Selasa, 13 November 2007

LUAR NEGERI : Biaya perang Tentara AS melonjak di Iraq’

Rabu 14 Nov, 05:27 AM AS (armews) - Perang Amerika Serikat di Irak dan Afghanistan menghabiskan hampir dari dua kali lipat jumlah yang semula diduga, menurut laporan yang akan dikeluarkan Kongres.
Partai Demokrat mengatakan perang menghabiskan $1,5 triliun - hampir dua kali lipat dari dana yang diminta yaitu $804 miliar - karena "ongkos terselubung", kata koran Washington Post.
Dan beberapa angka yang dikutip dalam laporan itu dinyatakan spekulatif oleh para pakar pendanaan, kata Washington Post.
Yang termasuk menjadi indikator kenaikan dana pengeluarkan untuk konflik itu adalah kenaikan harga minyak dan pembayaran bagi veteran perang.
Laporan ini diperkirakan akan diajukan kepada Kongres pada Selasa malam.
'Pemasukan hilang'
Penyusun laporan tersebut dari Partai Demokrat memasukkan biaya yang dikeluarkan untuk merawat veteran perang yang luka-luka dan kenaikan bunga pinjaman uang yang digunakan untuk mendanai perang.
Laporan itu memperhitungkan bahwa secara rata-rata perang di Irak dan Afghanistan menyebabkan keluarga beranak dua harus menanggung lebih dari $20.000.
Laporan tersebut menambahkan bahwa pengeluaran itu akan naik menjadi $46.300 dalam 10 tahun ke depan, kata Washington Post.
Komite Partai Demokrat ini memperkirakan perawatan bagi para veteran perang bisa menyebabkan pengeluaran perang naik lebih dari $30 miliar, termasuk pembayaran tunjangan bagi veteran yang cacat dan untuk menutup pemasukan yang hilang dari veteran yang menderita stres pasca trauma.
Kubu Republik belum memberi komentar resmi. (bbc)

Jumat, 09 November 2007

MUSIK RAMADHAN : Ungu Luncurkan Album "Para Pencari-Mu"

Bandung (ANTARA News)
Pada hari ketiga Bulan Ramadhan, Sabtu (15/9), grup band Ungu meluncurkan mini album religus terbarunya bertajuk "Para PencariMu" di Hotel Jayakarta Kota Bandung. Peluncuran mini album yang hanya berisi lima lagu itu dilakukan Pasha dkk. sebelum manggung di Lapangan Gasibu Kota Bandung. "Ungu sengaja meluncurkan dalam bentuk mini album, kalau dipaksakan sebelas lagi nanti lagu lainnya nggak karuan. Kita pede dengan lima lagu saja," kata Pasha di sela-sela peluncuran album itu. Kelima lagu pengisi mini album Ungu terbaru itu adalah "Para PencariMu", "Sembah Sujudku", "Surga Hati","Sesungguhnya" dan "Tuhanku" yang diproduksi Trinity Optima Production.Lagu "Para PencariMu" karya Enda yang menjadi pembuka sekaligus judul dari album mini itu. Mereka mempertahankan karakternya dengan formasi dua gitaris Enda dan Oncy. Gitar elektrik keduanya diraungkan dengan sedikit distorsi, dikawal rhythm section bassist Makki dan beat drum Rowman. Para PencariMu menunjukkan kekayaan pengalaman Ungu untuk menggarap lagu-lagu religi dengan warna "medium best"."Katakanlah, membuat lagu religi tanpa menghilangkan karakter Ungu yang ada di unsur pop rock-nya," kata Pasha, sang vokalis. Empat lagu lainnya adalah "Sembah Sujudku" karya Enda yang bercerita tentang ucap terima kasih dari hamba Allah atas rizki yang telah diberikan. Dimana terkadang manusia, dengan sengaja atau tidak, tetap selalu berbuat dosa.Sembah Sujudku itu mereka klaim sebagai lagu yang paling "mellow" pada mini album religi kedua dari grup band itu.Namun yang menarik, adalah lahirnya lagu "Surga Hati" karya Pasha yang merupakan pengalaman religi dari vokalis Ungu itu saat bersujud di Tanah Suci Mekah dalam perjalanan umrah tahun ini. Ungu membuka lagu dengan ritual dia di Rumah Allah, talbiyah. Suara Pasya yang sayup-sayup dikawal suara perkusi dari grup marawis. "Ajaibnya, lagu ini saya tulis di atas motor gede, di Jakarta sebelum berangkat Umroh. Saya membayangkan doa apa yang akan saya panjatkan di sana dan berkah apa yang kami dapatkan di Rumah Allah," ungkap Pasha. Hasilnya, sebuah aransemen yang bisa membawa ke suasana yang lebih teduh. "Terus terang saya baru pertama kali ke Tanah Suci," kata vokalis yang pernah mengondol juara lomba adzan se-Makasar saat usia remaja.Sedangkan dua lagu lainnya adalah "Sesungguhnya" dan ditutup oleh karya Enda, "Tuhanku" yang memanfaatkan paduan suara anak-anak bersalawat.Catatan lainnya, sebelum mini album ini dirilis, tiga dari lima lagu telah terpilih sebagai soundtrack sinetron religi yang tayang selama Bulan Ramadhan. "Kami menulis lagu tanpa prestasi atau tujuan untuk menjadikan best selling, yang penting pesan moral dan sujud kepada Allah memang harus ditulis dengan benar," kata Pasha.Itulah sebabnya, Ungu tidak produktif untuk membuat lagu-lagu pop Islami. Tapi diluar prediksi siapa pun, album religi pertama Ungu itu terjual di atas lima ratus ribu kopi. "Itu lebih dari separuh penjualan albul regular Ungu," kata Pasha menambahkan.

ANTHURIUM : Yang Kaya Mendadak dari Anthurium

Rabu, 31 Oktober 2007
Matahari belum terbit di ufuk timur. Namun, Sutardi sudah menyambangi warung-warung di Kecamatan Ngarjoyoso, Kabupaten Karanganyar, untuk mengedarkan kerupuk karak. Lalu ia pergi ke kebun warisan orang tua seluas 1.500 m2 dan menjadi buruh tani di kebun orang lain. Itu rutinitas Sutardi 2 tahun silam. Kini, pekerjaan ayah 3 anak itu menyemai biji dan merawat bibit anthurium. Hasilnya, penghasilan per bulan melesat dari Rp270-ribu menjadi minimal Rp12-juta.
Pendapatan itu diperoleh dari penjualan biji dan bibit anthurium berdaun 1 helai. Tak pernah terpikir sebelumnya oleh Sutardi akan mendapat keuntungan tinggi dari bisnis raja daun itu. Sebab, ia sudah mengenal anthurium sejak 12 tahun silam.
Ketika itu Kacung-panggilan akrabnya-mendapat gratisan sepot Anthurium jenmanii berdaun 2-3 helai setinggi 10 cm dari rekannya, almarhum Margono. Di pasaran harganya hanya Rp4.000/pot. Jenmanii diletakkan di teras rumah, terkena terpaan angin dan hujan. 'Disiram kadang-kadang, jika tanaman terlihat mulai layu,' ungkap Sutardi.
Meski tak dirawat secara khusus, anthurium tumbuh sehat. Buktinya pada 2002, Sutardi memanen 200 biji jenmanii dari satu tongkol. Biji kemudian disemai di pot 10 cm, masing-masing berisi 5 biji/pot. Dua bulan kemudian, 4 bibit anthurium berdaun 2 helai dipindahkan ke pot tunggal. Sisanya tetap di pot semaian. Sebagian bibit jenmanii dipelihara dan sebagian lagi dijual ke pengunjung objek wisata di daerahnya. Alih profesi
'Saya tidak pernah menyangka harga anthurium akan selangit seperti sekarang,' kata pria kelahiran Karanganyar 39 tahun silam itu. Jenmanii pertama yang dipelihara sejak 12 tahun silam dan kini jadi induk ditawar Rp400-juta oleh rekannya dari Magelang. Karena itu-ketika harga jenmanii mulai merangkak naik sejak 2 tahun silam-Sutardi memutuskan untuk berhenti berjualan karak. 'Kalau sudah merasakan (menjual, red) jenmanii pasti berhenti,' tutur ayah 3 anak itu sambil tertawa.Maksudnya, beralih profesi.
Tak hanya berjualan karak yang ditinggalkan, pun berladang. Lahan sayuran dan cabai beralih rupa menjadi greenhouse berukuran 8 m x 18 m berisi bibit jenmanii. Kini, Sutardi menghabiskan hari-harinya dengan merawat laceleave, bergaul dengan sesama pemain, dan memburu anthurium pesanan. Dari bisnis bunga ekor, Kacung memperoleh 2 sepeda motor: Suzuki Smash dan Honda Grand, serta tanah seluas 600 m2.
Hasil pengamatan Trubus dan informasi dari pemain tanaman hias, banyak orang yang mendadak makmur gara-gara anthurium. 'Banyak yang baru beberapa bulan main bisa punya mobil,' kata Agus Gembong Kartiko, pemain tanaman hias senior di Batu, Jawa Timur.
Perubahan paling besar terihat di Karanganyar, Jawa Tengah. 'Dulu di Karanganyar sepi, sekarang banyak mobil yang lalu-lalang. Yang punya mobil pun sekarang banyak,' ujar Darmawan, salah seorang pionir anthurium di Karanganyar. Kesejahteraan masyarakat di sana meningkat.
Omzet berputar terkait anthurium pun tinggi. 'Perputaran uang di satu pekebun bisa Rp30-juta/hari. Di Karanganyar diperkirakan ada ratusan pekebun. Jadi omzet satu bulan bisa Rp1-triliun,' ujar Hj Rina Iriani Sri Ratnaningsih, Spd MHum, sang bupati. Tukang ojek
Tren anthurium memang membawa berkah. Banyak orang mendadak kaya. Selain Sutardi ada juga Sutarno di Desa Srandon, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar. Profesinya sebagai tukang ojek membuat ia sering mengamati orang-orang lalu-lalang membawa anthurium. Akhirnya pada awal 2006, Tepex-sapaan Sutarno-mencoba mendulang laba dari raja daun itu. Bersama Suyamto, sang sepupu, ia patungan membeli 100 hookeri berdaun 1 helai seharga Rp1.500/pot. 'Hookeri dipilih lantaran harganya paling murah,' imbuh pemilik nurseri Candak Cengkel itu.
Keesokan hari, hookeri dijual seharga Rp7.500/pot kepada seorang pemain pemula di Karangpandan. Lantaran laku, Tepex membeli 100 pot hookeri lagi seharga Rp1.000/pot. Lagi-lagi kerabat aglaonema itu ludes terjual. Dalam 2 hari, modal awal Rp150-ribu sudah berlipat jadi Rp1,5-juta. Dari situ usahanya terus berkembang. Jenis anthurium yang dipilih pun mulai meningkat ke jenmanii yang harganya lebih mahal, Rp21-ribu/pot.
Usaha yang dilakoni Tepex dan Gondel-sapaan Suyamto-berjalan mulus. Lima puluh bibit jenmanii 3-4 daun seharga Rp45-ribu/pot dan 500 wave of love berdaun 1 seharga Rp1.200/pot ludes di sebuah pameran di Yogyakarta dalam sehari. Kejadian serupa berulang hingga 5 kali selama pameran berlangsung.
Enam bulan berselang, kedua saudara itu menginvestasikan Rp20-juta untuk membangun greenhouse dan membeli 9.500 bibit jenmanii berdaun 1-2 helai seharga Rp16.000-Rp18.000/pot. Dalam kurun 2 bulan, bibit jenmanii dijual Rp35.000/pot. Bibit terjual hanya dengan 2 kali transaksi dengan 2 pembeli asal Semarang.
Dari keuntungan yang diperoleh, Tepex dan Gondel terus mengembangkan usaha. Pada Oktober 2006 mereka mulai membeli indukan anthurium secara bertahap seharga Rp3-juta-Rp4-juta. Satu indukan dijual Rp8-juta. Hingga Mei 2007, Tepex dan Gondel sudah menjual 20 indukan dengan keuntungan rata-rata Rp4-juta-Rp5-juta/tanaman.
Dalam setahun, dua bersaudara itu bisa membeli 5 sapi masing-masing senilai Rp10-juta, 2 mobil senilai Rp100-juta, tanah seluas 1.100 m2, dan indukan anthurium senilai Rp200-juta. Penghasilan itu jauh lebih besar dibandingkan ketika Tepex masih berprofesi sebagai tukang ojek dan Gondel usaha gips.
'Selama 3 tahun usaha gips, keuntungan hanya bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari dan sebuah motor,' kata Gondel. Gondel menggambarkan, dari proyek gips, dengan modal Rp10-juta untungnya sekitar Rp500-ribu dalam 3 minggu. Anthurium dengan modal Rp10-juta, keuntungannya bisa Rp10-juta pula.Dokter
Manisnya laba dari anthurium juga membuat para pemilik modal besar ingin ikut mencicipi. Sebut saja seorang direktur sebuah rumahsakit di Jawa Tengah. Pada September 2006, pria kelahiran Sukoharjo itu pergi berlibur bersama keluarga ke Tawangmangu, Karanganyar. Gara-gara melihat kehidupan mapan para pekebun anthurium, anak ke-2 dari 6 bersaudara itu pun tergiur untuk membenamkan modal.
'Tanaman itu berprospek menghasilkan keuntungan tinggi, dilihat dari harganya yang terbilang eksklusif dibanding tanaman hias lain,' kata ayah 2 putra itu. Bermodalkan Rp200-juta, ia membangun nurseri, membeli bibit, dan indukan jenmanii. Empat bulan melakukan penjualan, Februari hingga Mei 2007, modal sudah kembali.
Untuk menambah modal usaha, mobil Baleno tahun 2005 dijual seharga Rp90-juta. Dari perniagaan anthurium, alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada itu meraup laba bersih Rp50-juta per bulan. Pendapatan itu 5 kali lebih tinggi dibandingkan profesinya sebagai dokter. Di garasi rumahnya kini diparkir Suzuki Crossover dan APV sebagai pengganti Baleno.
Ispitri, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Dinas Pertanian Kabupaten Karanganyar, juga merasakan berkahnya. Ia mulai terjun ke anthurium sejak Februari 2006. Pendapatan terus meningkat dari
Rp2-juta-Rp3-juta/bulan jadi Rp10-juta-Rp25-juta/bulan. Angka itu jauh lebih tinggi dibandingkan gajinya yang hanya Rp2-juta/bulan.
Wajar, belum genap 2 tahun berbisnis anthurium, Ispitri sudah bisa membeli mobil Kijang tahun 2000, motor Jupiter MX, dan merenovasi rumah. 'Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sudah jauh lebih dari cukup,' ujarnya. (sumber: http://http://www.trubus-online.com/)

PENDIDIKAN : Seputar Dana BOS

1. Apa itu BOS?
2. Siapa yang berhak menerima?
3. Berapa besarnya?
4. Penyaluran dana BOS:
5. Waktu
6. Untuk apa penggunaan Dana Bos?
7. Dana BOS tidak boleh digunakan untuk:
8. Bagaimana memonitor dan mengawasi dana BOS?
9. Apa sanksi bagi oknum yang menyelewengkan Dana BOS?

1. Apa itu BOS?
BOS (Bantuan Operasioanl Sekolah) adalah program pemerintah yang berasal dari dana subsidi BBM, bertujuan untuk membebaskan biaya pendidikan bagi siswa tidak mampu dan meringankan bagi siswa lain. Dengan BOS diharapkan anak Indonesia memperoleh layanan pendidikan dasar lebih bermutu sampai tamat dalam rangka penuntasan wajib belajar 9 tahun.

2. Siapa yang berhak menerima?
Yang berhak memperoleh dana BOS adalah:
1. Semua sekolah setingkat SD baik negeri maupun swasta diseluruh Indonesia
2. Semua sekolah setingkat SMP baik negeri maupun swasta diseluruh Indonesia

3. Berapa besarnya?
Besar dana BOS yang diterima oleh sekolah dihitung berdasarkan jumlah siswa dengan ketentuan: 1. SD/MI/SDLB/Salafiyah/sekolah agama non Islam setara SD sebesar Rp. 235.000 /siswa/tahun 2. SMP/MTs/SMOLB/Salafiyah/sekolah agama non islam setara SMP sebesar Rp. 324.500./siswa/tahun

4. Penyaluran dana BOS:
a. Dana BOS sidalurkan untuk periode Januari-Juni 2006 dan periode Juli-Desember 2006. Alokasi periode Januari-Juni 2006 didasarkan jumlah siswa TA 2005/2006 sedangkan alokasi periode Juli-Desember 2006 didasarkan jumlah siswa TA 2006/2007 b. Penyaluran dana untuk periode Januari-Desember 2006 dilakukan secara bertahap: Tahap pertama: Dana Bos untuk bulan Maret s/d Desember disalurkan secara bertahap. Di beberapa propinsi akan disalurkan perbulan, sedangkan beberap propinsi lainnya disalurkan dua atau tiga bulanan. Keputusan penyaluran dana per propinsi akan ditetapkan oleh Tim Pusat dengan mempertimbangkan tingkat kesulitan wilayah dan beberapa pertimbangan lainnya. c. Penyaluran dana dilaksanakan oleh Tim PKPS-BBM Tingkat Propinsi melalui PT. Pos/Bank Pemerintah

5. WaktuPada Tahun Anggaran 2006,
BOS akan diberikan selama 12 bulan untuk periode Januari-Desembar 2006, yaitu untuk semester 2 tahun pelajaran 2005/2006 dan semester 1 tahun pelajaran 2006/2007

6. Untuk apa penggunaan Dana Bos?
Dana BOS digunakan untuk: a. Pembiayaan seluruh kegiatan dalam rangka Penerimaan Siswa Baru: biaya pendaftaran, penggadaan formulir, administrasi pendaftaran, dan pendaftaran ulang, serta kegiatan lain yang berkaitan langsung dengan kegiatan tersebut. b. Pembelian buku teks pelajaran dan buku referensi untuk dikoleksi diperpustakaan. c. Pembelian bahan-bahan habis dipakai: buku tulis, kapur tulis, pensil, bahan praktikum, buku induk siswa, buku inventaris, langganan koran, gula kopi dan teh untuk kebutuhan sehari-hari di sekolah. d. Pembiayaan kegiatan kesiswaan: program remedial, program pengayaan, olah raga, kesenian, karya ilmiah remaja, pramuka, palang merah remaja dan sejenisnya. e. Pembiayaan ulangan harian, ulangan umum, ujian sekolah dan laporan hasil belajar siswa f. Pengembangan profesi guru: pelatihan, KKG/MGMP dan KKKS/MKKS. g. Pembiayaan perawatan sekolah: pengecatan, perbaikan atap bocor, perbaikan pintu dan jendela, perbaikan mebeler dan perawatan lainnya. h. Pembiayaan langganan daya dan jasa: listrik, air, telepon, termasuk untuk pemasangan baru jika sudah ada jaringan disekitar sekolah. i. Pembayaran honorarium bulanan guru honorer dan tenaga kependidikan honorer sekolah. Tambahan insentif untuk kesejahteraan guru dan tega kependidikan sekolah ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah daerah. j. Pemberian bantuan biaya transportasi bagi siswa miskin yang menghadapi masalah biaya transort dari dan ke sekolah. k. Khusus untuk pesantren salafiyah dan sekolah keagamaan non Islam, dana BOS dapat digunakan untuk biaya asrama/pondokan dan membeli peralatan ibadah. l. Pembiayaan pengelolaan BOS: ATK, penggandaan, surat menyurat dan penyusunan laporan. m. Prioritas pertama penggunaan dana BOS adalah untuk komponen a s/d l. Bila seluruh komponen diatas telah terpenuhi pendanaannya dari BOS dan masih terdapat sisa dana, maka sisa dana BOS tersebut dapat digunakan untuk membeli alat peraga, media pembelajaran dan mebeler sekolah.

7. Dana BOS tidak boleh digunakan untuk:
a. Disimpan dalam jangka waktu lama dengan maksud dibungakan. b. Dipinjamkan kepihak lain. c. Membayar bonus, transportasi, atau pakaian yang tidak berkaitan dengan kepentingan murid. d. Membangun gedung/ruangan baru. e. Membeli bahan/ peralatan yang tidak mendukung proses pembelajaran. f. Menanamkan saham. g. Membiayai segala jenis kegiatan yang telah dibiayai secara penuh/ mencukupi dari sumber dana pemerintah pusat atau daerah, misalnya guru kontrak/ guru bantu dan kelebihan jam mengajar.

8. Bagaimana memonitor dan mengawasi dana BOS?
Monitoring dan pengawasan dana BOS dilakukan oleh: 1. Tim monitoring Independen: Perguruan tinggi, DPR, BIN atau Tim Independen Khusus yang ditunjuk oleh Pemerintah. 2. Unsur masyarakat dari unsur Dewan Pendidikan, LSM, BMPS, maupun organisasi kemasyarakatan/kependidikan lainnya. 3. Unit-unit pengaduan masyarakat yang terdapat di sekolah/ madrasah, Kabupaten/Kota, Propinsi dan Pusat.

9. Apa sanksi bagi oknum yang menyelewengkan Dana BOS?
Pedoman dan petunjuk penggunaan dana BOS telah disebarluaskan kepada seluruh lapisan masyarakat melalui media cetak, radio, dan elektronik, juga diklat untuk tenaga pendidik terkait. Oleh karena itu penyalahgunaan Dana BOS akan diberi sanksi tegas berupa: a. Penerapan sanksi kepegawaian sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku (pemberhentian, penurunan pangkat, mutasi kerja) b. Penerapan tuntutan perbendaharaan dan ganti rugi. c. Penerapan proses hukum. d. Pemblokiran dana untuk penyaluran periode berikutnya dan penghentian sementara seluruh bantuan pada tahun berikutnya kepada Kab/Kota dan Propinsi, bilamana terbukti pelanggaran tersebut dilakukan secara sengaja dan tersistem untuk memperoleh keuntungan pribadi, kelompok, atau golongan. (sumber: http://www.dikdasmen.org/).

PENDIDIKAN : Sekolah Bukan Satu-satunya Arena Pembelajaran

Ditulis oleh Administrator
Saturday, 05 August 2006
WONOSOBO, KOMPAS - Sekolah bukan satu-satunya arena pembelajaran bagi anak untuk menuntut ilmu. Di luar sekolah terbuka kesempatan anak mempelajari banyak hal. Orang tua dalam hal ini keluarga adalah tempat utama anak menempuh pendidikan yang sebenarnya.
Hal itu mengemuka dalam seminar Mengembalikan Peran Orang Tua dalam Pendidikan yang diselenggarakan dalam rangka 75 tahun SR/SD Pius Wonosobo, bekerja sama dengan majalah Basis, Minggu (30/7).
Menurut pakar pendidikan Prof Dr Mochtar Buchori sekolah bukan satu-satunya tempat menempuh pendidikan karena pendidikan itu berlangsung seumur hidup. Pertanyaan yang kemudian kerap muncul adalah apakah selama ini ada kesinambungan antara orang tua dan sekolah.
Selepas menyelesaikan studi, banyak siswa yang tidak mau kembali ke daerahnya. Akibatnya, banyak orang yang hidupnya penuh pura-pura karena tidak sepenuhnya memahami akar dirinya. Kekosongan jiwa ini yang kemudian muncul pada banyak peserta didik.
Maka, lanjut Mochtar, orang tua perlu merumuskan kembali filsafat pendidikan bagi anak dan tidak boleh sepenuhnya menggantungkan pendidikan pada pemerintah. Pemerintahan ganti setiap lima tahun sekali, kerapkali kebijakannya pun berubah. Sementara pendidikan terus menerus dan berkesinambungan.
Penggiat Forum Interaksi Guru Banyumas Agus Wahyudi menambahkan selama ini orang tua begitu sulit mengikuti pengajaran anak di sekolah. Selama ini sangat terlihat bahwa negara sangat mendominasi sekolah dan mengambil peran keluarga.
Kurikulum yang dibebankan pada anak juga didominasi negara. Di sisi lain banyak orang tua menyerahkan begitu saja pendidikan pada sekolah, jika nilai anak jelek baru orang tua ikut mengatur anak.
Bagaimana negara begitu turut campur terlihat pada penentuan kelulusan yang hanya bergantung pada hasil Ujian Nasional. Ketua PGRI Wonosobo H Guno Widagdo menyayangkan ukuran manusia unggul hanya dari tiga mata pelajaran. Dalam pertemuan-pertemuan orang tua siswa, agenda yang dibicarakan pun kebanyakan tentang ketidakmampuan ekonomi orang tua siswa, iuran wajib siswa, dan belanja sekolah. Kualitas pendidikan sendiri kurang mendapat perhatian.
Menurut pengajar SMA Kolese de Britto Yogyakarta Agus Prih Adiartanto sekolah perlu selalu mengkomunikasikan perkembangangan anak pada orang tua, dan mengajak orang tua membantu anak masuk ke kelas pilihan sesuai keahliannya. Dialog antara guru dan orang tua perlu selalu dibuka.
Terakhir diperbaharui ( Saturday, 19 August 2006 )

PENDIDIKAN : Sekolah Bukan Satu-satunya Arena Pembelajaran

Ditulis oleh Administrator
Saturday, 05 August 2006
WONOSOBO, KOMPAS - Sekolah bukan satu-satunya arena pembelajaran bagi anak untuk menuntut ilmu. Di luar sekolah terbuka kesempatan anak mempelajari banyak hal. Orang tua dalam hal ini keluarga adalah tempat utama anak menempuh pendidikan yang sebenarnya.
Hal itu mengemuka dalam seminar Mengembalikan Peran Orang Tua dalam Pendidikan yang diselenggarakan dalam rangka 75 tahun SR/SD Pius Wonosobo, bekerja sama dengan majalah Basis, Minggu (30/7).
Menurut pakar pendidikan Prof Dr Mochtar Buchori sekolah bukan satu-satunya tempat menempuh pendidikan karena pendidikan itu berlangsung seumur hidup. Pertanyaan yang kemudian kerap muncul adalah apakah selama ini ada kesinambungan antara orang tua dan sekolah.
Selepas menyelesaikan studi, banyak siswa yang tidak mau kembali ke daerahnya. Akibatnya, banyak orang yang hidupnya penuh pura-pura karena tidak sepenuhnya memahami akar dirinya. Kekosongan jiwa ini yang kemudian muncul pada banyak peserta didik.
Maka, lanjut Mochtar, orang tua perlu merumuskan kembali filsafat pendidikan bagi anak dan tidak boleh sepenuhnya menggantungkan pendidikan pada pemerintah. Pemerintahan ganti setiap lima tahun sekali, kerapkali kebijakannya pun berubah. Sementara pendidikan terus menerus dan berkesinambungan.
Penggiat Forum Interaksi Guru Banyumas Agus Wahyudi menambahkan selama ini orang tua begitu sulit mengikuti pengajaran anak di sekolah. Selama ini sangat terlihat bahwa negara sangat mendominasi sekolah dan mengambil peran keluarga.
Kurikulum yang dibebankan pada anak juga didominasi negara. Di sisi lain banyak orang tua menyerahkan begitu saja pendidikan pada sekolah, jika nilai anak jelek baru orang tua ikut mengatur anak.
Bagaimana negara begitu turut campur terlihat pada penentuan kelulusan yang hanya bergantung pada hasil Ujian Nasional. Ketua PGRI Wonosobo H Guno Widagdo menyayangkan ukuran manusia unggul hanya dari tiga mata pelajaran. Dalam pertemuan-pertemuan orang tua siswa, agenda yang dibicarakan pun kebanyakan tentang ketidakmampuan ekonomi orang tua siswa, iuran wajib siswa, dan belanja sekolah. Kualitas pendidikan sendiri kurang mendapat perhatian.
Menurut pengajar SMA Kolese de Britto Yogyakarta Agus Prih Adiartanto sekolah perlu selalu mengkomunikasikan perkembangangan anak pada orang tua, dan mengajak orang tua membantu anak masuk ke kelas pilihan sesuai keahliannya. Dialog antara guru dan orang tua perlu selalu dibuka.
Terakhir diperbaharui ( Saturday, 19 August 2006 )

PENDIDIKAN : Pendidikan Indonesia Sebatas Cetak Buruh

Ditulis oleh Administrator
Saturday, 05 August 2006
SALATIGA, KOMPAS--Sistem pendidikan di Indonesia ternyata masih menghasilkan lulusan yang memiliki kemandirian dan semangat kewirausahaan yang rendah.
Sebagian besar lulusan pendidikan di Indonesia hanya bisa menjadi buruh atau karyawan. Persentasi yang bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dan bahkan mempekerjakan orang lain masih sedikit.
“Makin tinggi tingkat pendidikan ternyata tidak mencerminkan kepercayaan diri tenaga kerja di Indonesia. Fenomena menarik, justru yang tidak tamat SD namun bisa membuat usaha sendiri dan mempekerjakan orang lain mencapai sekitar 15 persen. Sementara lulusan sarjana yang bisa melakukan hal serupa hanya 3,2 persen. Sekitar 83 persen lulusan sarjana hanya menjadi buruh atau karyawan,” kata staf ahli Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional Yudil Chatim, Jumat (4/8).
Yudil menyampaikan hal itu di sela-sela Seminar Nasional ‘Biologi Modern dan Peningkatan Profesionalisme Guru Biologi’ di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Jawa Tengah. Hadir sebagai pembicara lain, Direktur Pembinaan SMA Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas Dr Sungkowo M.
Menurut Yudil, persoalan ini erat kaitannya dengan mutu dan relevansi dari kurikulum pendidikan. Artinya, apa yang diajarkan kepada siswa seharusnya bisa memunculkan kemandirian, di mana siswa bisa lebih siap mengaplikasikan apa yang dia terima di sekolah, ke kehidupan sehari-hari.
Fenomena lulusan SD justru bisa menunjukkan kemandirian yang lebih tinggi, menurutnya karena sebenarnya mereka tidak mempunyai pilihan. Setelah lulus SD mau tidak mau mereka terpaksa harus bekerja mandiri. Tidak sedikit dari yang terpaksa mandiri ini justru berhasil dan malah mempekerjakan orang lain.
Terlepas dahulu ada persoalan perekonomian yang sulit dan membuat lulusan SD ini terpaksa bekerja mandiri, menurut Yudil fenomena lulusan SMA atau bahkan sarjana yang kurang memiliki semangat kewirausahaan ini perlu dibedah. Perlu dicari mengapa lulusan sarjana ini semengat kewirausahaannya tidak muncul. Ini juga berarti ada persoalan dengan apa yang diajarkan.